- Dua Anak Tenggelam di Bekas Galian Sawah di Majalengka, TNI-Polri dan Tim Gabungan Lakukan Evakuasi
- Aksi Humanis Babinsa Serka Suhardi Tampil Terdepan Bujuk ODGJ Untuk Rekam KTP
- Lindungi Generasi Muda, TNI-Polri dan Pemcam Sindangwangi Gaungkan Jam Malam Pelajar
- Karnaval SCTV hadir di Majalengka Faris Adam siap ajak warga stecu stecu
- Desa Parapatan Wakili Jawa Barat di Fano World Kite Festival 2025 di Denmark
- Hartanto Boechori Pemblokiran Wartawan Refleksi Ketakutan Pejabat
- Dukung Program P2B, Kabag SDM Polres Majalengka Tinjau Lokasi Pekarangan Pangan Bergizi
- Sambut HUT Bhayangkara ke-79, Polres Majalengka Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis untuk Pengemudi O
- Dandim 0617/Majalengka Gelar Komsos Virtual Bersama Keluarga Besar TNI, Teguhkan Persatuan dan Kedau
- IMI Ajak Kolaborasi Nasional Wujudkan Indonesia Pusat Kesehatan Berbasis Nanoteknologi
Surya Darma, S.H, M.H penasehat FKPDAS Majalengka : Banjir semakin meluas. Akibat prilaku manusia

Literasikata.id Majalengka – Setiap musim hujan tiba, bencana banjir kembali melanda berbagai daerah di Indonesia. Ironisnya, intensitas banjir setiap tahunnya justru semakin meningkat, bukan berkurang. Bahkan, selain daerah-daerah yang memang sudah menjadi langganan banjir, kini muncul pula wilayah-wilayah baru yang turut terdampak.
Fenomena ini tidak lepas dari perilaku manusia yang kian tidak ramah terhadap alam. Hutan-hutan sebagai kawasan resapan air terus ditebangi, lahan-lahan hijau dialihfungsikan, dan pembangunan infrastruktur seringkali dilakukan tanpa memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan hidup.
Padahal, manusia dan alam merupakan bagian dari ekosistem yang saling bergantung. Lingkungan yang sehat adalah penopang utama bagi kehidupan manusia yang normal dan berkualitas. Namun, kemajuan teknologi dan pembangunan belum dibarengi dengan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Baca Lainnya :
Salah satu penyebab utama banjir adalah penebangan pohon di daerah resapan air, pembangunan fasilitas pariwisata di wilayah hulu dan sepanjang daerah aliran sungai (DAS), serta kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan, terutama ke sungai. Sungai yang seharusnya berfungsi sebagai jalur distribusi air bersih, kini malah berubah menjadi tempat pembuangan sampah.
Hal ini merupakan bentuk kezhaliman terhadap alam yang telah dianugerahkan oleh Tuhan. Ketika musim kemarau tiba, sungai-sungai tampak kering dan dipenuhi sampah. Namun saat musim hujan, sampah-sampah tersebut menyumbat aliran sungai dan menyebabkan banjir, seolah alam mengembalikan sampah itu kepada manusia.
Diperlukan langkah nyata dan sinergis dari semua pihak, khususnya pemerintah daerah, untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Dinas Lingkungan Hidup harus berkoordinasi dengan camat, kepala desa/kelurahan, hingga RT dan RW untuk melakukan sosialisasi pengelolaan sampah. Masyarakat perlu dibiasakan untuk memilah sampah organik dan anorganik, serta tidak membuang sampah ke sungai.
Setiap desa atau kelurahan sebaiknya memiliki fasilitas pengelolaan sampah terpadu, sehingga hanya sampah yang tidak bisa didaur ulang yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, dukungan terhadap komunitas peduli lingkungan juga perlu ditingkatkan.
Tak kalah penting, pendidikan tentang lingkungan hidup harus dimulai sejak dini, yakni di bangku sekolah. Siswa perlu diajarkan untuk tidak membuang sampah sembarangan dan mencintai kebersihan lingkungan.
Jangan biarkan alam terus murka. Sudah saatnya kita semua bertindak secara logis dan realistis demi masa depan bumi yang lebih baik.
